Panggilan kesayangan
yang tak pernah ku lupakan sosoknya… mama. Sangat teringat sosok wanita
kesayangan yang tinggi dan berkulit putih merona yang bekerja keras membantu
papa. Sejak aku kecil, aku selalu menemani mama kemanapun mama pergi. Mama
tidak pernah meninggalkanku sendiri, ia berada disampingku selalu.
Akan tetapi seiring berjalan waktu, kini mama sudah jauh dariku. Mama sudah tidak disisiku lagi. mungkin raganya tidak berada disampingku, namun jiwa dan hatinya tetap ada dihatiku.
Papa sering menceritakan mama dari mereka bertemu hingga mereka menikah dan memiliki dua orang anak. Walaupun mama lulusan Madrasah, mama memiliki bakat menjahit dan memasak yang sangat luar biasa. Sebelum mama menikah, ia adalah tipe orang yang bekerja keras demi membantu adik-adik dan kakaknya.
Sejak mama bertemu dengan papa, mereka berdua adalah pasangan sejati yang sangat ku jadikan panutan. Papa selalu membantu mama disaat mama membutuhkan papa begitupun sebaliknya, mama selalu setia dan mendengarkan permintaan papa tanpa mengucapkan “tidak, ah, atau apapun itu”. mama selalu meng iyakan papa. Setelah mereka menikahpun, mereka adalah sepasang kekasih yang sangat serasi. Mereka banyak membuat iri para tetanggaku karena kemesraan mereka berdua hingga ajal menjemput mama.
Aku dikenal sebagai anak mama, karena setiap hari aku selalu berada dipelukannya. Aku selalu bermanja-manja kepadanya dimanapun itu. Saat itu papa memang sibuk dengan tugas Negara. Papa harus menjadi pelatih para tentara baru. ia bekerja sebagai Tentara Nasional Indonesia Angkatan Darat. Ia rela berpanas-panasan dan pergi berdinas keluar kota guna menafkahi keluarga.
Aku harus pindah keluar kota untuk mengikuti papaku dinas, saat itu aku berumur 11 tahun. Aku dan mama pun pergi ke sana bersama. Kakak ku yang harus melanjutkan sekolah menengah pertamanya itupun harus rela tetap tinggal karena mama dan papa tidak mengijinkannya untuk pindah sekolah. Kebahagiaan ku muncul ketika papa mendapat sepeda motor dan papa selalu mengajak kami berjalan jalan. Mama sangat mencintai papa, bagaimanapun keadaan papa, mama menerimanya dengan penuh kasih sayang. Disaat papa membutuhkan uang untuk mendapatkan gelar ‘Perwira’nya mama rela berjualan ayam bakar,menjahit baju pesanan, menjual baju-baju. Ia lakukan guna membantu papa.
Hingga pada waktu perekonomian papa mulai meningkat, mama harus meninggalkan dunia ini. Mama meninggal untuk selamanya. Mama yang merasakan betapa susahnya menanam benih harus diambil nyawanya terlebih dahulu oleh yang Maha Kuasa sebelum memanen benih tersebut. Saat kulihat papa pada saat itu, papa terlihat tegar sekali. Namun aku melihat jelas wajah papa yang sangat kehilangan itu. Mungkin papa tidak mau mama sedih melihat orang-orang tersayangnya menangis.
Namun setelah beberapa lama kepergian mama, aku mulai mengerti maksud jalan Allah SWT. Menurutku Allah SWT saat itu sedang mengujiku agar aku tidak hidup didalam sebuah kenyamanan yang dapat membuatku lupa akan hidup dan berproses.
Sekarang aku akan mulai berproses untuk membuat mama dan papa tersenyum bahagia melihat anak-anaknya dapat hidup mandiri dan sukses dunia akhirat. Karena menurutku, senyuman orang tua adalah kebahagiaan lahir batin untuk anak-anaknya.
Akan tetapi seiring berjalan waktu, kini mama sudah jauh dariku. Mama sudah tidak disisiku lagi. mungkin raganya tidak berada disampingku, namun jiwa dan hatinya tetap ada dihatiku.
Papa sering menceritakan mama dari mereka bertemu hingga mereka menikah dan memiliki dua orang anak. Walaupun mama lulusan Madrasah, mama memiliki bakat menjahit dan memasak yang sangat luar biasa. Sebelum mama menikah, ia adalah tipe orang yang bekerja keras demi membantu adik-adik dan kakaknya.
Sejak mama bertemu dengan papa, mereka berdua adalah pasangan sejati yang sangat ku jadikan panutan. Papa selalu membantu mama disaat mama membutuhkan papa begitupun sebaliknya, mama selalu setia dan mendengarkan permintaan papa tanpa mengucapkan “tidak, ah, atau apapun itu”. mama selalu meng iyakan papa. Setelah mereka menikahpun, mereka adalah sepasang kekasih yang sangat serasi. Mereka banyak membuat iri para tetanggaku karena kemesraan mereka berdua hingga ajal menjemput mama.
Aku dikenal sebagai anak mama, karena setiap hari aku selalu berada dipelukannya. Aku selalu bermanja-manja kepadanya dimanapun itu. Saat itu papa memang sibuk dengan tugas Negara. Papa harus menjadi pelatih para tentara baru. ia bekerja sebagai Tentara Nasional Indonesia Angkatan Darat. Ia rela berpanas-panasan dan pergi berdinas keluar kota guna menafkahi keluarga.
Aku harus pindah keluar kota untuk mengikuti papaku dinas, saat itu aku berumur 11 tahun. Aku dan mama pun pergi ke sana bersama. Kakak ku yang harus melanjutkan sekolah menengah pertamanya itupun harus rela tetap tinggal karena mama dan papa tidak mengijinkannya untuk pindah sekolah. Kebahagiaan ku muncul ketika papa mendapat sepeda motor dan papa selalu mengajak kami berjalan jalan. Mama sangat mencintai papa, bagaimanapun keadaan papa, mama menerimanya dengan penuh kasih sayang. Disaat papa membutuhkan uang untuk mendapatkan gelar ‘Perwira’nya mama rela berjualan ayam bakar,menjahit baju pesanan, menjual baju-baju. Ia lakukan guna membantu papa.
Hingga pada waktu perekonomian papa mulai meningkat, mama harus meninggalkan dunia ini. Mama meninggal untuk selamanya. Mama yang merasakan betapa susahnya menanam benih harus diambil nyawanya terlebih dahulu oleh yang Maha Kuasa sebelum memanen benih tersebut. Saat kulihat papa pada saat itu, papa terlihat tegar sekali. Namun aku melihat jelas wajah papa yang sangat kehilangan itu. Mungkin papa tidak mau mama sedih melihat orang-orang tersayangnya menangis.
Namun setelah beberapa lama kepergian mama, aku mulai mengerti maksud jalan Allah SWT. Menurutku Allah SWT saat itu sedang mengujiku agar aku tidak hidup didalam sebuah kenyamanan yang dapat membuatku lupa akan hidup dan berproses.
Sekarang aku akan mulai berproses untuk membuat mama dan papa tersenyum bahagia melihat anak-anaknya dapat hidup mandiri dan sukses dunia akhirat. Karena menurutku, senyuman orang tua adalah kebahagiaan lahir batin untuk anak-anaknya.
~tiara amelia~
No comments:
Post a Comment