Media Massa Riwayatmu
Kini
Oleh
: Nurul Fajriah
http://www.nias-bangkit.com/wp-content/uploads/2013/08/Media-massa.jpg
Dalam fungsinya sebagai
media pendidikan,
media massa
berkewajiban memasyarakatkan bahasa Indonesia. Media massa harus menjadi
teladan dan pelopor dalam penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan
benar, sesuai dengan KBBI.
Media
Massa kini, hampir sudah tidak sepenuhnya menggunakan bahasa Indonesia dengan
baik dan benar. Hal demikian dapat kita temui di media apa saja. Mulai dari
televisi, cetak, bahkan sampai media online, yang kerap kali di akses oleh banyak
kalangan. Banyak dari pihak mereka, yang sudah mengabaikan nilai-nilai kesatuan
bahasa nasional kita.
Padahal,
seharusnya media massa berkewajiban memasyarakatkan bahasa Indonesia. Media
harus menjadi teladan dan pelopor dalam penggunaan bahasa Indonesia yang baik
dan benar. Namun, dalam praktiknya, banyak yang mengingkari. Tidak semua media
cetak punya acuan dalam pembakuan kosa kata dan istilah. Ketidakseragaman
istilah antara satu media dengan media lain dapat merusak bahasa Indonesia.
Badan
Pengembangan dan Pembinaan Bahasa bersama Balai Bahasa di daerah-daerah
provinsi mencatat, setidaknya ada 700 bahasa daerah di Indonesia. Sehingga akan
sangat sulit mengatur para awak media untuk tetap menggunakan bahasa kesatuan
Republik Indonesia, terutama bagi media-media lokal yang ada di pelosok daerah.
Alasan
mengapa media massa menggunakan bahasa lokal karena, media-media tersebut ingin
melibatkan urusan emosional dengan penikmat (pembaca, pendengar, pemirsa)
berita. Dengan menggunakan bahasa yang sesuai pangsa pasar, maka penikmat media
merasa semakin terikat emosinya, karena bahasa yang digunakan tidak jauh
berbeda dengan bahasa keseharian mereka.
Tidak
hanya media cetak, media elektronik juga berkewajiban memasarkan tata bahasa
Indonesia yang baik dan benar pada khalayak. Terutama media televisi, yang
lebih sering dan lebih dekat dengan masyarakat.
Media
televisi seharusnya menjadi media pendidik, termasuk mendidik penikmat media
tersebut dengan senantiasa, menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar
saat penyiaran. Jika pada era 90-an stasiun TV lebih sering menyiarkan acara
mendidik pada penontonnya, namun sekarang stasiun TV tidak melakukan hal
demikian. Banyak tontonan yang tidak mendidik baik dari segi moral maupun tata
bahasa.
Kata-kata
dan kalimat-kalimat yang tidak benar, banyak sekali terucap pada media massa
TV. Pihak televisi juga tidak sungkan lagi memasukan kata-kata asing dalam
penyiarannya. Hal demikian, jika dilakukan terus menerus akan mengikis bahasa
Indonesia di kalangan pemirsa.
Dewasa ini masyarakat belajar dari media.
Sehingga diharapkan media yang menjadi jembatan untuk mempopulerkan penggunaan
bahasa Indonesia, itu agar lebih cermat. Banyak istilah yang diserap masyarakat
berasal dari media.
Semua
yang muncul di televisi seringkali ditiru oleh para penonton. Padahal pada
kenyataannya, tidak semua penonton mampu mengolah terlebih dahulu kata-kata
yang patut untuk di contoh atau pun tidak sehingga akan menimbulkan efek
negatif.
Banyaknya
media massa yang masih menggunakan istilah-istilah asing, dan kedaerahan dalam
setiap berita yang ditayangkan, membuat masyarakat semakin jauh dari kaidah
bahasa Indonesia yang baik dan benar.
Sebagai
alat komunikasi massa yang memiliki keterbatasan ruang (media cetak) dan waktu
(media elektronik) bahasa media harus padat, singkat, sederhana, lugas, dan
mudah dipahami. Dengan bahasa lain: bahasa media harus efektif, efisien, dan
komunikatif.
Meskipun singkat dan lugas, bahasa media massa
harus komunikatif, denotatif, dan bisa dipahami semua kalangan. Dengan bahasa
yang lugas pembaca tidak perlu mengulang-ulang apa yang dibacanya karena
ketidakjelasan bahasa yang digunakan surat kabar. Namun, efisiensi bahasa
seharusnya tetap dilakukan secara wajar dan tidak menabrak kaidah berbahasa
Dengan
berbagai masalah kompleks yang ada di media massa kini, menjadi tanggung jawab
kitalah sebagai mahasiswa, untuk memperbaikinya. Biasakan menggunakan bahasa
Indonesia sesuai dengan kaidah. Alangkah lebih baik menggunakan “makan siang”
dibanding menggunakan kata “Lunch”.
Sebisa
mungkin hindari bahasa ‘gado-gado’. Karena
tentunya lebih baik mencintai bahasa kesatuan negeri sendiri, dengan
mengutamakan bahasa Indonesia daripada menggunakan bahasa asing dan daerah. Agar
kelak, media massa kembali pada fungsi awalnya, sebagai media pendidikan.
Termasuk dalam mendidik anak-anak negeri ini, membiasakan diri menggunakan
bahasa yang baik dan benar.
No comments:
Post a Comment